Pembunuhan pemimpin oposisi sayap kiri menyebabkan kekacauan setelah pemberontakan tahun 2011 yang menjatuhkan Presiden Ben Ali.
Pengadilan di Tunisia telah menjatuhkan hukuman mati kepada empat orang dan dua orang penjara seumur hidup atas peran mereka dalam pembunuhan pemimpin oposisi Chokri Belaid 11 tahun lalu.
Hukuman tersebut dikonfirmasi pada hari Rabu oleh wakil jaksa penuntut umum dari divisi peradilan anti-teror. Sebanyak 23 orang telah didakwa sehubungan dengan pembunuhan tersebut, dengan hukuman berkisar antara dua hingga 120 tahun dijatuhkan kepada terdakwa lainnya, dengan lima orang dibebaskan.
Lusinan pendukung Belaid berkumpul di dekat pengadilan di Tunis sejak Selasa malam, meneriakkan slogan-slogan menuntut keadilan.
Mereka meneriakkan “Chokri selalu hidup” dan “kami setia pada darah para martir”.
Belaid ditembak mati di dalam mobilnya di luar rumahnya pada tanggal 6 Februari 2013. Sekretaris jenderal Partai Patriot Demokratik adalah seorang pengkritik keras partai Islam yang berkuasa saat itu, Ennahdha, dengan mengklaim bahwa partai tersebut menutup mata terhadap kekerasan yang dilakukan terhadap kaum sekularis. .
Pemakamannya merupakan salah satu curahan duka publik terbesar dalam sejarah Tunisia, dengan sekitar satu juta orang turun ke jalan, sehingga memicu protes besar-besaran.
Pembunuhan tersebut memicu salah satu krisis politik terbesar yang pernah dialami Tunisia setelah pemberontakan tahun 2011 yang menjatuhkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali, sehingga menimbulkan keraguan atas independensi peradilan dan pasukan keamanan negara tersebut.
Beberapa bulan kemudian, tokoh oposisi kedua, sayap kiri pan-Arab Mohamed Brahimi, ditembak dalam keadaan yang sama, tekanan politik berikutnya memaksa pemerintah untuk mundur.
Pihak berwenang menyalahkan pembunuhan tersebut pada Ansar al-Sharia, sebuah kelompok Salafi yang dicurigai memiliki hubungan dengan al-Qaeda yang ditetapkan sebagai organisasi teror pada Agustus 2013.
Keluarga Belaid dan politisi sekuler menuduh para pemimpin partai Ennahdha berada di balik pembunuhan tersebut ketika mereka memimpin pemerintahan.
Ennahdha dengan tegas menyangkal adanya hubungan dengan pembunuhan tersebut. “Rincian yang disimpulkan oleh pengadilan dengan jelas menunjukkan bukti bahwa Ennahdha tidak bersalah,” katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.
Ia menambahkan bahwa putusan tersebut harus mengembalikan rasa hormat kepada mereka yang menjadi sasaran tuduhan politik palsu, terutama pemimpin Ennahdha, Rached Ghannouchi, yang baru-baru ini dijatuhi hukuman tiga tahun penjara di tengah tindakan keras pemerintah terhadap oposisi.